Ada Kesempatan Kedua Untuk Ferry

Family / 29 September 2010

Kalangan Sendiri

Ada Kesempatan Kedua Untuk Ferry

Puji Astuti Official Writer
8246

Hari itu, Ferry Sutrisno pulang kerja menggunakan sepeda motornya seperti biasa. Tidak terbersit firasat bahwa dirinya akan mengalami kecelakaan maut yang dapat merenggut nyawanya.

“Saat itu jalan tidak terlalu ramai, pas saya mau muter balik, tidak tahu dari mana, saya tidak sadar apa yang terjadi, tiba-tiba ada suatu benda yang menabrak saya dari belakang. Saya hanya merasakan saya melayang-layang di udara dan saya terjatuh,” demikian Ferry menceritakan kronologis kejadian kecelakaan itu.

Karena terlempar dan membentur aspal dengan keras, Ferry mengalami luka yang sangat parah bahkan kepala dan tubuhnya berlumuran darah. Dalam keadaan setengah sadar, Ferry berusaha bangun untuk mencari pertolongan. Namun usahanya sia-sia, ia terkulai tak berdaya, hingga akhirnya beberapa orang yang mendengar suara rintihannya datang mendekat.

Menit demi menit dilalui Ferry, tapi pertolongan tidak juga berikan. Beruntung adik ipar dan mertuanya segera datang dan membawanya ke UGD sebuah rumah sakit, namun disana pertolongan yang dilakukan terkesan tidak serius.

Ketika Ferry merenggang nyawa, kilasan masa lalunya terus berkelebat dalam pikirannya. Bagaimana ia sering terlibat dalam perjudian, minuman keras, dan prostitusi. Ia menyadari bahwa Tuhan begitu baik kepadanya, sudah beberapa kali ia mengalami peristiwa yang nyaris merenggut nyawanya, namun diselamatkan oleh Tuhan agar ia bisa bertobat, tapi ia tidak pernah melakukannya.

“Saat saya berada di detik-detik menuju kematian itu, saya merasa itu adalah teguran yang keras yang Tuhan beri buat saya. Hanya satu kalimat yang bisa saya katakan: Tuhan ampuni saya, tolong selamatkan saya. Saya benar-benar menyesal, saya benar-benar merasa bodoh karena saya menghabiskan waktu saya untuk berbuat dosa..”

Karena tidak ditangani dengan baik, pihak keluarga memindahkannya kerumah sakit lain. Disana terungkap bahwa Ferry mengalami luka parah pada bagian kepala. Bagian tengkorak kepalanya retak dan harus dibuang sebagian, jika tidak, tulang tersebut dapat melukai otaknya yang dapat merusak saraf, bahkan membuatnya mengalami kelumpuhan bahkan kematian.

Setelah menjalani operasi, Ferry dipindahkan ke ruang ICU, namun dokter yang menanganinya masih belum bisa memastikan keselamatannya.

“Dokter mengatakan: Kita tinggal tunggu berapa lama pak Ferry siuman. Tapi namanya di ruang ICU, segala kemungkinan itu tetap ada,” demikian jelas Felistia, istri Ferry.

Namun berkat pertolongan Tuhan, Ferry siuman. Sekalipun saat menjalani masa pemulihan Ferry sempat merasa putus asa, namun Felistia dengan setia mendampingi dan mendoakannya.

Suatu hari, seorang teman menjenguknya di rumah sakit. Orang tersebut memberikan nasihat kepadanya seperti ini, “Ferry, cepat sembuh ya. Jangan keraskan hati, ampuni semua orang yang telah bersalah kepada kamu. Lembutkan hatimu agar Tuhan menyembuhkan. Jangan dipikirin lagi siapa yang bersalah atas kecelakaan itu, tapi ampuni.”

Kalimat itu selalu terngiang-ngiang dalam benak Ferry. Akhirnya ia melepaskan pengampunan, dan harapan akan kesembuhan mulai tumbuh dalam hatinya.

Harapan yang ia dapat dari janji Tuhan bukanlah harapan kosong, semakin hari kondisinya semakin membaik. Bahkan ia bisa pulih seperti sedia kala.

“Kesembuhan yang saya dapatkan, itu adalah mukjizat yang terbesar dalam hidup saya. Hingga hari ini, saya bisa mengendarai kendaraan sendiri, dan beraktifitas tanpa ada gangguan sedikit pun pada diri saya.”

Ferry mengakui bahwa dulunya ia sombong dan merasa bisa mengendalikan kehidupannya, namun kecelakaan itu menyadarkannya bahwa dirinya adalah manusia yang lemah yang membutuhkan Tuhan.

“Tanpa Tuhan, saya tidak berarti apa-apa. Jadi saya sangat bersyukur pada Tuhan Yesus yang telah memberikan saya kehidupan baru. Kehidupan kedua bagi saya.” (Kisah ini sudah ditayangkan 29 September 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel.)

Sumber Kesaksian:

Ferry Sutrisno

Sumber : V100726145431
Halaman :
1

Ikuti Kami